Mereka Mendidih di Dalam Minyak …!
>> Minggu, 30 November 2008
Masyithoh bintu Fir’aun, sejarah tidak mencatat namanya akan tetapi mencatat perbuatannya. Dia adalah seorang wanita Sholehah, yang hidup bersama suaminya, dalam naungan Raja Fir’aun. Suami Masyitoh adalah kerabat Fir’aun.Wanita itu adalah pembantu dan pendidik Putri-putri Fir’aun. Lalu Allah Subhanahu Wata’ala menganugerahkan keimanan padanya, tidaklah tinggal suaminya karena Fir’aun mengetahui keimanan dia lalu membunuhnya. Maka teruslah istrinya bekerja di Istana Fir’aun, ia menyisir rambut putri-putrinya. Fir’aun memberi nafkah lima orang anak Masyitoh, mereka diberi makan sebagaimana ia memberi makan burung yang sedang menetas.
Suatu hari ketika ia sedang menyisir rambut Putri Fir’aun, tiba-tiba sisir rambut itu jatuh dari tangannya, lalu dia berucap: “Bismillah”, Putri Fir’aun berkata: ”Bapakku?” Lalu Ia menjerit kepada Putri Fir’aun dan berkata: ”Bukan…tapi Allah Subhanahu Wata’ala, Robb-ku, Robb-mu dan Robb bapakmu”. Maka terkejutkah Putri Fir’aun karena ia menyembah selain bapaknya, lalu Putri Fir’aun menceritakan hal itu kepada bapaknya, maka Fir’aun terkejut karena ada selain dia yang disembah di dalam istananya, lalu dia memanggil dan berkata kepadanya: ”Siapa Robb-mu?” Masyithoh menjawab:”Robb-ku dan Robb-mu adalah Allah Subhanahu Wata’ala”. Lantas dia memerintahkan untuk kembali dari Agamanya (alias murtad).
Kemudian Fir’aun memerintahkan tentaranya untuk menyiapkan periuk yang terbuat dari tembaga yang berisi minyak dan memanaskannya sampai mendidih, lalu dia membawa Masyitoh sehingga berdiri didepan periuk, ia melihat ini adalah lapangan Azab, ia yakin bahwa dirinya hanyalah satu jiwa yang akan keluar dan menemui Allah Subhanahu Wata’ala, lalu Fir’aun mengetahui bahwa orang yang paling ia cintai adalah kelima anaknya, anak-anak yatim yang dia beri nafkah dan makan kepada mereka, dia ingin menambah siksakan kepada Masyithoh dengan menghadirkan kelima anaknya, pandangan mereka berputar, mereka tidak tahu kemana digiring, maka tatkala melihat ibunya mereka memeluknya dan menangis, dan ia pun turut menangis terhadap mereka, ia membolak-balikan dan menciumnya lalu menangis, ia rangkul kedada anaknya yang paling kecil lalu ia susui.
Ketika Fir’aun melihat pemandangan ini, maka ia perintahkan yang paling besar diantara mereka lalu tentara menyeret anak itu dan mendorongnya kedalam minyak yang mendidih, anak kecil itu berteriak, minta tolong kepada ibunya, meminta belas kasihan tentara dan memohon kepada Fir’aun, ia berusaha lepas dan melarikan diri, lalu memanggil dua saudaranya yang kecil, kemudian tentara memukul kedua tangannya yang kecil, mereka menampar dan mendorongnya, ibu itu memandang kepada anaknya dan ia mengucapkan selamat tinggal, tiadalah itu kecuali hanya sekejap, sehingga sikecil dimasukan kedalam minyak. Ibunya hanya bisa memandang dan menangis, saudara-saudaranya menutup mata dengan tangannya yang kecil. Lalu dagingnya meleleh dari atas badan yang kurus dan tulangnya meluap ke atas minyak.
Fir’aun memandang kepada Masyithoh dan memerintahkannya untuk kafir kepada Allah, ia tidak mau, maka murkalah Fir’aun kemudian dia memerintahkan anak yang kedua dan menarik dari tangan ibunya dalam keadaan menangis dan minta tolong, tidaklah hal itu kecuali hanya sekejap sehingga ia dibenamkan kedalam minyak, si ibu hanya bisa memandang kepadanya sampai tulangnya yang putih meluap dan bercampur dengan tulang saudaranya yang pertama.
Ibu itu tetap istiqomah dalam Agamanya, ia yakin atas pertemuannya dengan Allah Subhanahu Wata’ala. Kemudian Fir’aun memerintahkan anaknya yang ketiga, lalu ia ditarik kedalam periuk sehingga minyak yang mendidih membinasakannya, maka terjadilah sebagaimana yang menimpa dua orang saudaranya, ibu itu tetap teguh pada Agamanya.
Kemudian Fir’aun memerintahkan tentaranya untuk melemparkan anak Masyithoh yang ke empat kedalam minyak, tentara itu menghadap kepadanya,dia adalah anak kecil yang sedang memegang baju ibunya, disaat tentara menariknya ia menangis dan menarik kedua kaki ibunya, air matanya mengalir diatas kaki ibunya, ia berusaha menyabarkan bersama saudaranya, ia mengucapkan selamat tinggal, mendekati dan mencium anaknya sebelum dipisahkan darinya. Kemudian mereka memisahkan antara dia dan ibunya, mereka mengangkat kedua tangannya yang kecil, lalu dia menangis dan minta tolong, memohon dengan suatu kata yang tidak bisa dipahami, mereka tetap tidak mengasihaninya.
Tiadalah itu kecuali hanya sekejap sehingga ia terbenam ke dalam minyak yang mendidih, maka lenyaplah jasadnya, hilang suaranya dan ibu itu mencium aroma daging anaknya, tulang putihnya yang kecil mengapung diatas minyak, si ibu segera memandang kepada tulang anaknya, sungguh ia telah pergi menuju kampung yang lain.
Wanita itu menangis dan hatinya terluka karena berpisah dengannya, yang selama ini ia memeluk kedadanya, menyusuinya, selama ini ia bergadang untuk menjaganya, menangis karena tangisannya, berapa banyak dia tidur dipangkuannya, bermain dengan rambutnya, berapa banyak ia akrab dengan mainannya, ia pakaikan bajunya. Dirinya berusaha sekuat tenaga untuk tabah dan bertahan. Lalu mereka menoleh kepadanya dan mendorongnya.
Bayi pun berbicara…!
Yang kelima, mereka melepaskan seorang bayi yang masih menyusu dari kedua tangan ibunya, saat itu ia sedang menelan air susu ibunya, ketika tentara itu menarik seorang bayi darinya maka berteriaklah sikecil dan menagislah wanita miskin itu.
Tatkala Allah Subhanahu Wata’ala melihat rasa belas kasihannya, kekalahan dan kerisauan ibu itu terhadap anaknya, maka tiba-tiba berbicaralah sikecil yang berada didalam pangkuannya dan berkata: ”Wahai ibuku bersabarlah, sesungguhnya engkau berada diatas kebenaran”.Kemudian suaranya terputus, lenyaplah ia bersama dengan saudara-saudaranya terbenam ke dalam minyak yang mendidih, dimulutnya ada bekas air susu ibunya, ditangannya ada rambut ibunya dan dipakaiannya ada bekas air mata ibunya.
Kini kelima anaknya telah pergi dan ibu itu melihat tulang-belulang mereka didalam periuk, daging mereka dengan cepat dilenyapkan oleh minyak yang mendidih, wanita miskin itu memandang kepada tulang-belulang yang kecil, tulang siapakah itu? Mereka adalah anaknya, yang selama ini mereka memenuhi rumah dengan gelak-tawa dan riang-gembira.
Mereka adalah kesenangan dan sari hatinya, yang ketika berpisah dengannya seakan-akan hatinya keluar dari dalam dadanya. Ia pakaikan baju mereka dengan tangannya, ia usap air mata mereka dengan jari-jarinya, tapi sekarang mereka telah direnggut dari tangannya, mereka dibunuh dihadapannya, mereka meninggalkannya sendiri dan mereka berpisah darinya. Dan dalam waktu yang dekat, ia akan bersama dengan mereka.
Sebenarnya ia sanggup untuk selamat diantara mereka dan siksaan ini dengan satu kata kekafiran yang ia dengarkan kepada Fir’aun. Akan tetapi ia tahu, bahwasanya yang disisi Allah Subhanahu Wata’ala adalah lebih baik dan lebih kekal. Kemudian tidak ada yang tersisa kecuali hanya ia, mereka menghadap kepadanya seperti anjing-anjing pemburu dan mendorongnya kedalam periuk.
Tatkala mereka membawanya untuk dilemparkan kedalam minyak, ia memandang kepada tulang-belulang anaknya, ia ingat disaat berkumpul bersama mereka ketika masih hidup, lalu ia menoleh kepada Fir’aun dan berkata: “Aku ada permintaan kepadamu”. Maka Fir’aun berkata keras kepadanya: “Apa permintaanmu?”. Ia berkata: “Agar engkau kumpulkan tulangku dan tulang anak-anakku lalu engkau kafankan didalam satu kuburan”. Kemudian ia memejamkan matanya dan masuk kedalam periuk kemudian terbakarlah jasadnya dan terapung tulangnya.
Alangkah bahagianya dia…!
Alangkah sangat besar keteguhannya dan sangat banyak pahalanya. Sungguh Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam melihat sesuatu dari nikmatnya diwaktu malam perjalanan Isro’. Beliau menceritakan kepada para Sahabatnya dan berkata kepada mereka:“Tatkala Allah memperjalankanku, tiba-tiba aku mencium aroma wangi, aku bertanya: “Aroma apa ini?” Maka dikatakan kepadaku: “Ini adalah Masyitoh bintu Fir’aun dan anak-anaknya”. (riwayat. al-Baihaqy)
Allahu Akbar…ia merasakan keletihan sesaat akan tetapi setelah itu istirahat selamanya. Telah kembali wanita mu’minah ini kepada Penciptanya. Ia berdampingan dengan Rabb-nya dan diharapkan hari ini dia berada didalam Jannah, sungai dan tempat duduk yang Mulia disisi Raja yang Berkuasa.
Hari ini keadaannya paling baik dan paling banyak mendapat kenikmatan dan keindahan. Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam berkata:“Seandainya seorang wanita penduduk Jannah muncul kepada penduduk bumi, sungguh ia akan menerangi timur dan barat serta menyebarkan aroma wangi, sungguh tutup kepalanya lebih baik dari pada dunia dan isinya”. (riwayat. Imam al-Bukhory) Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam berkata pada hadits yang lain:“Siapa yang masuk Jannah, ia mendapat nikmat dan tidak sengsara, pakaiannya tidak rusak, masa mudanya tidak hilang dan baginya segala kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh hati manusia. Dan siapa yang masuk kedalam Jannah, lupa dengan azab dunia”. (riwayat. Imam Muslim)
Akan tetapi, tidak akan pernah bisa seseorang sampai ke Jannah, kecuali dengan mengendalikan hawa nafsunya. Sungguh Jannah itu dikelilingi oleh sesuatu yang dibenci dan Neraka itu dikelilingi oleh hawa nafsu. Maka mengikuti hawa nafsu dalam berpakaian, makanan, minuman dan berbelanja, adalah jalan menuju ke Neraka.
Berkata Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam:"Jannah dikelilingi dengan segala sesuatu yang tidak disukai, dan Neraka dikelilingi dengan hawa nafsu”. (Shohihain)Maka biarlah engkau letih hari ini dan bersabar, agar dapat beristirahat esok hari. Sesungguhnya pada hari kiamat diucapkan kepada penduduk Jannah :"Keselamatan atas kalian karena kesabaran kalian". Alangkah indahnya Jannah tempat terakhir bagi kalian”. (Surat: Ar-ra'du ayat 24).
Dan diserukan kepada penduduk Neraka: "…Kamu menghabiskan rezkimu di kehidupanmu yang hina dan kamu bersenang-senang dengan rezki itu; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan kehinaan azab ”. (Surat: Al-Ahqaaf ayat 20).
Posting Komentar