Wanita Pertama Yang Tinggal di Tanah Suci…!

>> Minggu, 30 November 2008

Imam al-Bukhory menceritakan dalam kitab Sohihnya: Bahwasanya Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam berangkat dari Syam menuju Tanah Suci (Al-Haram) bersama istrinya Hajar dan anaknya Ismail, dia adalah seorang anak yang masih kecil dalam asuhannya, ia masih menyusuinya. Beliau meninggalkan keduanya ditempat Ka’bah (Al-Bait) yang tidak ada seorang pun ketika itu, tidak pula ada air dan hanya dibekali dengan sebungkus korma dan kantong kulit yang berisi air.

Kemudian Nabi Ibrahim berbalik berangkat menuju ke Syam. Ibu Isma’il menoleh ke daerah sekitarnya, disini gurun pasir yang tak berpenghuni, gunung-gunung tuli dan bebatuan yang berwarna hitam, dia tidak melihat manusia dan orang yang tinggal di daerah sekitarnya. Ia yang telah tumbuh besar dikelengahan kota, lalu ia tinggal di Syam yang terkenal dengan kehijauan, penuh dengan taman-taman.Dan kini, dia merasa sepi dengan daerah sekitarnya.

Kemudian ia berdiri dan mengikuti langkah suaminya seraya berkata: ”Wahai suamiku, kemana engkau pergi? Engkau tinggalkan kami dilembah ini yang tidak ada manusia dan sesuatupun?”. Nabi Ibrahim tidak menjawabnya, tidak pula menoleh. Lalu Hajar mengulangi bertanya: “Kemana engkau pergi dan meninggalkan kami?”. Nabi Ibrahim tidak menjawabnya. Lalu ia mengulangi kembali, namun tidak dijawabnya juga. Maka ketika ia melihat suaminya tidak menoleh kepadanya, ia berkata: ”Apakah Allah yang memerintahkan ini kepadamu?”. Nabi Ibrahim menjawab: ”Iya”. Lalu ia berkata: ”Itu sudah cukup bagiku, aku ridho kepada Allah Subhanahu Wata’ala, Dia pasti tidak akan menyia-nyiakan kami”.

Kemudian Hajar kembali ketempat anaknya. Lalu berangkatlah Nabi Ibrahim orang tua yang telah lanjut usia. Sungguh dia telah berpisah dengan istri dan anaknya, keduanya meninggalkan satu sama lain, sehingga ketika Nabi Ibrahim berada di celah gunung, dimana mereka tidak melihatnya, ia menghadap ke arah Ka’bah lalu mengangkat kedua tangannya dan berdo’a kepada Allah Subhanahu Wata’ala “Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang suci, ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. (Surat: Ibrahim, ayat 37)

Setelah itu Nabi Ibrahim pergi ke Syam dan Hajar kembali menemui Ismail lalu menyusuinya sedangkan ia meminum air yang ada dikantong kulit. Sehingga air itu habis, menyebabkan dia dan anaknya kehausan. Rasa sangat haus membuat anaknya menggeliat dan lidahnya menjilat kedua bibirnya, ia memukul tanah dengan kedua tangan dan kakinya, ibunya memandang kepadanya yang sedang menggeliat dan berbaring kehausan. Seolah-olah ia bergulat dengan kematian.

Ia menoleh ke daerah sekitarnya, apakah ada seseorang atau yang dapat menolong, namun ia tidak melihat seorangpun. Ia berdiri disekitar anaknya lalu pergi, ia tidak ingin melihatnya meninggal, namun ia binggung kemana akan pergi? Ia melihat bukit Shafa lalu mendekatinya, kemudian ia naik sampai keatasnya, ibu yang lemah itu mengerahkan tenaganya!! Ia berharap dapat melihat orang Arab yang datang atau Kafilah yang lewat, tatkala ia telah sampai dipuncak bukit, ia menghadap kelembah memperhatikan apakah ada seseorang, namun ia tidak juga melihat seorangpun.

Lantas ia turun dari bukit Shafa sehingga sampai diperut lembah, ia angkat ujung lengannya lalu berusaha, usaha manusia dengan sekuat tenaga sehingga ia dapat melewati lembah itu.

Selanjutnya ia berjalan menuju bukit Marwa, ia berdiri diatasnya dan memperhatikan apakah ada seseorang yang ia lihat, namun ia juga tidak melihat seorangpun, lalu ia kembali ke bukit Shafa dan tidak juga melihat seorangpun, ia terus melakukannya sampai tujuh kali, tatkala ia sedang mengamati diatas bukit Marwa yang ketujuh kalinya, Hajar mendengar suara dan berkata ”Diam!” Kemudian ia mendengarkannya dan berkata: ”Sungguh aku telah mendengarmu, jika engkau ada bantuan maka bantulah aku”. Lalu ia tidak mendengar jawaban.

Kemudian ia menoleh kepada anaknya, tiba-tiba ia ditempat malaikat yang bergemuruh, ia memukul tanah dengan tumit atau sayapnya sehingga memancarlah air. Lalu dia turun dengan cepat menghampiri air itu, membuat sumur dengan tangan dan mengumpulkannya. Lalu ia menggayung air dengan tangan dan memasukannya ke tempat air kemudian bergegas setelah menggayungnya.
Malaikat Jibril berkata kepadanya: ”Janganlah kamu takut terlantar! Sesungguhnya disini adalah Baitullah yang kelak dibangun oleh anak ini dan bapaknya”. Alangkah bahagianya dia, atas kesabarannya, keadaannya yang sangat menakjubkan dan ujiannya yang sangat besar.

Ini adalah kisah Hajar seorang wanita yang sabar, yang mengerahkan tenaga, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala mengagungkannya mencatat didalam Al-Quran, Allah Subhanahu Wata’ala menjadikan anak Hajar diantara Para Nabi, maka ia menjadi Ibu Para Nabi dan sebagai contoh bagi Para Wali, inilah keadaan dan kesimpulan urusannya. Iya, dia merasa asing dan takut, haus dan lapar, akan tetapi dia ridho dengan semua itu selama dia mendapat ridho dari Allah Subhanahu Wata’ala.Dia hidup Asing dijalan Allah, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala membalasinya dengan kesenangan dan kegembiraan.

Maka beruntunglah bagi orang-orang yang diasingkan, siapakah orang-orang yang diasingkan itu? Mereka adalah orang-orang yang Sholeh diantara kaum yang banyak berbuat kejahatan, mereka adalah laki-laki dan wanita, mereka membenarkan terhadap apa yang Allah Subhanahu Wata’ala janjikan, mereka menggenggam bara api, berjalan diatas banyaknya bebatuan, bermalam diatas debu, mereka lari dari kerusakan, lidah mereka jujur, kehormatan mereka suci, mereka menjaga pandangan, perkataan mereka bersih, teman duduk mereka mulia, apabila mereka berdiri dihadapan Allah Subhanahu Wata’ala, tangan dan kaki mereka menjadi saksi, telingga dan mata berbicara, mereka senang dan gembira, tidak disaksikan atas mereka dari Pandangan yang diharamkan, telinga mereka tidak mendengar Nyayian, bahkan mereka disaksikan Menangis diwaktu sahur dan menjaga Kesucian diwaktu siang, sehingga Agama mereka bermanfaat dengan nyawanya.

Posting Komentar

  © Blogger template Wild Birds by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP