Jiwa Yang Sempit

>> Kamis, 12 Februari 2009

Allah Subhanahu Wata’ala memisahkan kehidupan orang-orang yang bahagia dengan kehidupan orang-orang yang sengsara. Ketika mereka masih hidup dan setelah meninggal.

Syeikh bercerita:
Pada suatu hari seorang pemuda datang kepadaku, aku perhatikan wajahnya kelam bersedih hati. Ku tanya keperluannya dia diam saja, ku ulang pertanyaan itu kembali, namun dia tetap tidak berbicara. Aku memperhatikannya, lalu air matanya mengalir.
Syeikh : “Kenapa engkau menangis?”
Pemuda : “Aku tidak sanggup untuk bernafas, karena aku merasakan dada ini sangat sempit dan rasa bosan. Demi Allah…wahai Syeikh! aku merasa dada ini bagaikan gunung yang menyembunyikan jiwa, yang tidak sanggup di pindahkan oleh manusia, tidak pula oleh teman-teman bahkan ibu, bapak dan saudara-saudaraku. Aku tidak sanggup duduk bersama mereka, gelak tawaku hanya basa basi dan kebahagiaanku hanya pura-pura. Aku datang menemuimu agar mengobatiku dengan Ruqyah atau engkau tunjukan siapa yang bisa mengobatiku!”
Kemudian suaranya tertahan lalu terdiam.
Syeikh : “Kesempitan ini pasti ada sebab, apa sebabnya?”
Pemuda : “Aku tidak tahu!?”
Syeikh : “Bagaimana hubungan dengan Rabb-mu?”
Pemuda : “Buruk, dengarkanlah kisahku!”
Syeikh : “Iya, ceritakanlah!”

Pemuda : “Begini, disaat aku berumur 14 tahun, bapakku pergi studi ke Amerika lalu aku ikut bersamanya. Namun aku ditelantarkan, bapakku disana berada diantara tempat tarian dan pasar-pasar, sedangkan aku ketika itu masih muda. Ketika bapakku telah menyelesaikan studinya selama 2 tahun, kami kembali ke Riyadh, lalu aku meminta agar dia mengembalikanku ke Amerika untuk menyelesaikan studiku, akan tetapi dia menolaknya. Lalu di Riyadh aku belajar pada kelas tiga SLTP, pada tahun pertama kelas tiga aku sengaja agar tidak lulus pada keseluruhan materi pelajaran. Lalu aku mengulang setahun dan pada tahun yang kedua aku sengaja lagi agar tidak lulus. sehingga aku mengulang lagi pada tahun yang ketiga namun aku sengaja juga agar tidak lulus lagi. Sehingga disaat bapakku melihat hal tersebut, dia mengirimku ke Amerika untuk menyelesaikan studiku. Semestinya aku menyelesaikan belajar di tingkat SLTA selama 4 tahun, namun aku menyelesaikannya selama 9 tahun. Tidak ada kemaksiatan dimuka bumi ini yang tersisa melainkan pernah aku lakukan semuanya disana. Karena aku ingin bersenang-senang dengan masa mudaku selagi aku mampu. Setelah itu aku kembali ke Riyadh lalu mulai masuk kuliah sedangkan aku terus melakukan kemaksiatan yang besar dan yang kecil. Namun aku merasakan sangat sempit, mulai menyembunyikan terhadap orang-orang. Kehidupanku terasa sempit, aku bosan terhadap segala sesuatu. Seluruhnya telah aku coba, namun kejemuan terus kurasakan”.


Ia mengatakan seluruh perkataan ini, mengeluarkan ungkapannya lalu menangis.
Syeikh : “Apakah engkau mengerjakan sholat?”
Pemuda : “Tidak!”.
Syeikh : “Baiklah, Obat yang pertama terhadap kesedihanmu adalah engkau harus memperbaiki hubungan dengan hatimu yang berada ditangan Allah Subhanahu Wata’ala, yang dibolak-balikkan sebagaimana yang Dia kehendaki. Maka jagalah sholatmu di Masjid dan janjiku bertemu denganmu setelah 7 hari”.

Hari pun berlalu, setelah seminggu pemuda itu datang menemuiku dengan raut wajah yang tidak seperti dulu. Pertama melihat dia mendekapku dan berkata:

Pemuda : “Jazakallohu Khoiron! (semoga Allah Subhanahu Wata’ala membalasimu dengan kebaikan). Demi Allah…wahai Syeikh! Sungguh aku sekarang berada dalam kebahagiaan yang tidak pernah aku rasakan semenjak 9 tahun yang lalu”.
Lalu aku tanya tentang rasa sempit, kebosanan dan kesedihan yang dia rasakan, maka dia jawab: “Semuanya telah hilang”.

Maha benar Allah ketika berkata:
فَمَن يُرِدِ اللّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقاً حَرَجاً كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
”Siapa yang Allah kehendaki untuk memberinya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk Islam. Dan siapa yang dikehendaki untuk disesatkan-Nya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Seperti demikianlah Allah jadikan godaan terhadap orang-orang yang tidak beriman”. (Surat Al-An'am: 125).






Posting Komentar

  © Blogger template Wild Birds by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP