Seuntai Kalung Fatimah

>> Kamis, 26 Februari 2009

Langkah orang tua itu tertatih-tatih menuju sebuah rumah sederhana. Dia baru saja menemui Nabi Muhammad dirumahnya yang tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

"Assalamualaikum, wahai keluarga Nabi," seru seseorang dari luar. Fatimah, putri Rasulullah, bergegas membukakan pintu rumahnya.

"Wa'alaikum salam," jawab perempuan berwajah lembut itu.
Dilihatnya, seorang lelaki bepakaian compang-camping dan penuh tambalan. Badannya tampak lesu dan kelaparan.

"Siapa anda?" tanya Fatimah kemudian.

" Aku baru saja menjumpai Rasulullah untuk memohon sedekah sekadarnya. Tetapi, ayahmu tak mempunyai apa-apa untuk diberikan kepadaku. Beliau menyuruhku datang padamu," kata lelaki tua itu. " Putri Nabi yang mulia, tolonglah saya yang miskin dan lapar ini," suaranya memelas.

Fatimah segera mencari sesuatu yang dapat diberikan pada orang itu. Akan tetapi, tak ada sedikitpun makanan atau pakaian untuk diberikan. Sesaat Fatimah kebingungan. Ia heran, kenapa Rasulullah menyuruh orang miskin itu menemuinya. Padahal, hidupnya sendiri tidak jauh berbeda dengan ayahnya. Dirumahnya sering kekurangan makanan. Jadi, apa yang harus disedekahkan?

Oya! Fatimah teringat pada sehelai tikar yang biasa dipakai tidur oleh Hasan dan Husein, anaknya. Fatimah mengambil tikar tikar itu. Dan segera mamberikannya pada orang itu.

"Aku hanya mempunyai ini untukmu," kata Fatimah. Orang tua miskin itu mengerutkan alisnya. Tampak kesedihan tersembarut di wajah letihnya.

"Hai putri Nabi, aku sangat kelaparan. Kenapa kau malah memberikan tikar padaku. Aku mohon, berilah sesuatu yang lain?" kata lelaki itu.

Fatimah tambah kebingungan. Apa lagi yang bisa diberikan? Hatinya sungguh tak tega melihat keadaan orang tua itu. Fatimah memang mudah tersentuh jika melihat orang miskin yang kelaparan. Ia ingin sekali menolongnya. Tak sengaja Fatimah meraba lehernya. Seuntai kalung melingkar disana. Tanpa pikir panjang, Fatimah melepas kalungnya. Lalu diberikan pada orang miskin itu.

" Ambillah kalung ini. Mudah-mudahan bisa memenuhi apa yang kau butuhkan," sahut Fatimah dengan ikhlas.

Sebenarnya, kalung itu barang yang amat berharga bagi Fatimah. Pamannya, Hamzah, menghadiahkan kalung itu pada hari pernikahannya. Tapi ia rela memberikannya kepada orang yang tengah membutuhkan pertolongannya.

" Terimakasih, wahai Putri Rasulullah. Allah akan membalas kebaikanmu," ucap orang tua itu dengan penuh bahagia. Orang tua miskin itu pun membawa kalung Fatimah dengan hati gembira. Ia segera menemui Rasulullah. Diperlihatkannya kalung itu kepada beliau.






Posting Komentar

  © Blogger template Wild Birds by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP